Dalam membuat stasiun cuaca menggunakan NodeMCU, saya menggunakan sensor BME280 untuk mengukur suhu, kelembaban dan tekanan udara. Sensor ini memiliki saudara kembar yang hampir sama, yaitu BMP280. Keduanya terlihat hampir mirip, apalagi ketika dipasang pada PCB. Akan tetapi seacara fungsi, BMP280 tidak memiliki sensor kelembaban.
Lalu, bagaimana cara membedakan sensor BMP280 dan BME280? Seperti terlihat di foto di bawah ini, PCB dari kedua sensor tersebut terlihat serupa.
Membandingkan sensor BMP280 dan BME280Ukuran PCB dibandingkan dengan pensil
Salah satu cara ya tentu saja dengan menyambungkan sensor dengan NodeMCU atau Arduino. Kedua sensor ini menggunakan library yang sama. Namun pembacaan kelembaban dari sensor BMP280 akan selalu menghasilkan angka 0.
Membandingkan BMP280 (kiri) dan BME280 (Kanan)
Cara kedua adalah dengan pemeriksaan fisik. Cara ini memerlukan kaca pembesar yang cukup baik, karena ukuran chip yang cukup kecil. Dengan menggunakan kaca pembesar untuk melihat chip-nya, berikut ini perbedaan antara BMP280 dan BME280
Dari lubang sensor berupa titik berwarna hitam. Titik hitam ini pada BMP280 berada di sebelah kanan bawah, sedangkan pada sensor BME280 berada di sebelah kiri tengah.
Dari huruf pertama di baris kedua. Sensor BMP280 memiliki huruf “K” sebagai huruf pertama pada baris kedua. Sensor BME280 memiliki huruf “U” sebagai huruf pertama di baris kedua.
Jadi, sudah jelas kan perbedaannya? Detil lebih lanjut bisa di lihat di datasheet di tautan di akhir artikel ini. Selamat bereksperimen.
OpenGD77 adalah sebuah firmware alternatif untuk beberapa perangkat HT DMR. Firmware ini bersifat open source. Salah satu perangkat yang didukung adalah perangkat DMR Baofeng DM1801.
Ada beberapa alasan mengapa saya mengganti firmware bawaan Baofeng DM1801 dengan OpenGD77. Firmware bawaan DM1801 memiliki beberapa kekurangan untuk penggunaan saya:
Kesulitan untuk menemukan software untuk memprogram codeplug Baofeng DM1801. Saya menemukan dan menggunakan software untuk Baofeng BF1801, akan tetapi sepertinya ada beberapa bagian software tersebut yang tidak cocok, sehingga menyebabkan codeplug yang dihasilkan tidak bekerja sempurna.
Kemampuan untuk menerima Color Code (CC) dan Talkgroup (TG) diluar yang sudah di program. Dalam spesifikasinya, Baofeng DM1801 memiliki monitor mode. Tapi saya tidak menemukan cara untuk menerima CC dan TG diluar yang sudah diprogram.
Firmware OpenGD77 mengatasi kedua kekurangan di atas. Tapi sebelum ikut mengganti firmware, OpenGD77 memiliki beberapa kekurangan dibandingkan firmware bawaan DM1801, antara lain:
Tidak ada kemampuan Dual Monitor. Hanya 1 frekuensi/channel yang bisa di monitor oleh firmware OpenGD77
Firmware OpenGD77 ditujukan untuk penggunaan radio amatir, sehingga ada beberapa kemampuan radio komersial yang dihilangkan karena tidak diperbolehkan di komunikasi radio amatir. Salah satunya adalah enkripsi percakapan
Beberapa kemampuan yang ada dalam firmware bawaan Baofeng DM1801 juga masih dalam rencana pembuatan, seperti text message.
Nah, kalau sudah memutuskan untuk mengubah firmware Baofeng DM1801 menjadi OpenGD77, silahkan ikuti langkah-langkah di bawah ini:
Peralatan yang dibutuhkan selain HT Baofeng DM1801 adalah komputer dan kabel pemrograman untuk Baofeng DM1801.
Lalu lakukan instalasi seperti biasa. Ketika ada pilihan instalasi, pilih untuk instalasi OpenGD77 Serial Driver
Pada radio Baofeng DM1801, sambil menekan kedua tombol di bawah PTT, nyalakan radio. Radio akan masuk ke mode pemrograman firmware, dengan ciri-ciri lampu hijau menyala di atas, dan layar tanpa tampilan apa-apa. Perhatikan gambar di bawah
Menghidupkan Baofeng DM1801 dalam mode flash
Sambungkan Baofeng DM1801 dengan komputer menggunakan kabel data. Pasang kabel data pada HT terlebih dahulu, lalu pasang sisi USB ke komputer
Buka OpenGD77 CPS, lalu pilih menu Ekstra –> Firmware Loader
Pada apikasi Firmware Loader, pilih Baofeng DM-1801, lalu klik pada Download & Update. Perhatikan gambar di bawah
Firmware pada Baofeng DM1801 akan segera diupdate. Setelah selesai bisa klik pada Close.
Setelah hampir 24 jam menggunakan OpenGD77, saya masih belum ada keingingan untuk kembali ke firmware bawaan DM1801. Saya sangat menikmati kemudahan penggunaan dan informasi yang ditampilkan pada layar utama, dengan tampilan CC, TGID, timeslot, dan juga S-meter
Di tulisan sebelumnya kita telah membahas bagaimana cara melakukan konfigurasi dump1090 pada Raspberry Pi. Program dump1090 adalah perangkat lunak untuk menerima pancaran ADS-B dari pesawat, dengan menggunakan RTL-SDR. Apabila ada yang membutuhkan antena, saya juga pernah menulis antena penerima ADS-B, yaitu antena colinear.
Setelah bisa menerima pancaran ADS-B, kita bisa mengirimkan data yang kita terima ke situs Flightradar24. Dengan mengirimkan data yang kita terima ke Flightradar24, kita akan mendapatkan akses business, sehingga bisa mengakses situs Flightradar24 tanpa iklan, dan juga beberapa fungsi tambahan seperti titik navigasi pesawat.
Tampilan Flightradar24 business, yang bisa didapatkan dengan mengirimkan data feeder ke Flightradar24
Apabila kita sudah bisa menerima pancaran ADS-B di Raspberry Pi, maka kita tinggal melakukan langkah-langkah berikut untuk mengirimkan data ke Flightradar24:
Dari Raspberry Pi, unduh program fr24feed dengan menjalankan perintah berikut ini (dalam 1 baris): sudo bash -c "$(wget -O - https://repo-feed.flightradar24.com/install_fr24_rpi.sh)"
Setelah fr24feed selesai diunduh, akan ada beberapa pertanyaan yang harus diisi untuk mengirimkan data ADS-B yang kita terima ke Flightradar24. Berikut ini saran pengisian pertanyaan tersebut:
Email address: Kalau sudah punya akun Flightradar24, isi dengan email akun tersebut. Kalau belum punya, isi dengan email yang akan digunakan sebagai akun Flightradar24
Sharing key: Apabila Raspberry Pi ini menggantikan feeder sebelumnya, isi dengan sharing key feeder yang digantikan. Bila tidak, kosongkan.
Jenis receiver: avr-tcp
MLAT: Apabila mengetahui posisi koordinat antena kita, pilih yes, lalu masukkan koordinat di pertanyaan selanjutnya. Bila tidak, pilih no.
Pertanyaan-pertanyaan lainnya seharusnya cukup jelas untuk diisi
Setelah fr24feed selesai dikonfigurasi, langkah terakhir tinggal mendaftarkan akun Flightradar24 dengan email yang kita gunakan di langkah sebelumnya.
Selamat mengamati pesawat, dan menikmati akun business dari Flightradar24.
ADS-B merupakan sistem pejejakan posisi dan pergerakan pesawat. Sistem ini digunakan oleh pengawas dan pengontrol pergerakan pesawat (seperti Air Traffic Controller/ATC), penelitian penerbangan, dan tim SAR untuk mencari posisi terakhir pesawat, dan peneliti kecelakaan pesawat. Data dari ADS-B ini juga bisa diakses umum melalui situs seperti Flight Radar 24 (https://www.flightradar24.com), Flight Aware (https://flightaware.com/live/) dan Opensky Network (https://opensky-network.org/).
Pancaran data ADS-B dari pesawat ini bisa diterima dengan penerima ADS-B yang bisa dibuat sendiri. Dengan antena yang bagus dan posisi yang baik, data ini bisa menerima pancaran dari pesawat yang cukup jauh, hingga lebih dari 100 kilometer. Peralatan yang dibutuhkan juga tidak terlalu mahal. Cukup dengan Raspberry Pi Zero (Sekitar 400 ribu) dan DVT-B dongle (Sekitar 250-300 ribu), kabel coax RG6 dan power supply untuk Raspberry Pi, kita sudah bisa membuat penerima ADS-B kita sendiri.
Lalu, apabila sudah bisa menerima pancaran ADS-B, kita bisa mengirimkan data dengan berpartisipasi sebagai feeder ke situs-situs diatas. Dengan berpartisipasi sebagai feeder, kita akan mendapatkan keuntungan berupa akun premium.
Tulisan ini akan membagikan cara konfigurasi penerima ADS-B. Untuk berpartisipasi sebagai feeder, nanti kita ulas di tulisan selanjutnya.
Peralatan Yang Dibutuhkan
Sebelum memulai, pastikan peralatan berikut ini sudah dimiliki:
Raspberry Pi Zero W dengan SD Card 16GB. Raspberry Pi ini bisa dipersiapkan sesuai tulisan saya di tautan ini.
Power supply untuk Raspberry Pi Zero W, minimal 1 Ampere
Antena penerima pancaran ADS-B di 1090 MHz. Bisa dibuat sendiri, seperti pada tautan ini.
Dongle RTL-SDR.
Kabel untuk menghubungkan antena ke RTL-SDR
Kabel USB OTG untuk menghubungkan Dongle RTL-SDR ke Raspberry Pi Zero W
Keseluruhan peralatan dirangkai dengan rangkaian seperti diagram dibawah ini.
Merangkai Penerima ADS-B
Selanjutnya, pastikan kalau Raspberry Pi Zero W sudah terpasang dengan OS Raspbian sesuai dengan tautan ini. Setelah Raspbian bisa diakses melalui SSH, maka mari kita lanjutkan konfigurasi RTL-SDR.
Konfigurasi RTL-SDR
Sebelum bisa digunakan, RTL-SDR membutuhkan konfigurasi di Raspberry Pi. Hal pertama yang harus dilakukan adalah melakukan “blacklist” pada driver bawaan Raspbian, sehingga kita bisa menggunakan driver yang dibutuhkan untuk ADS-B Receiver. Proses “blacklist” ini bisa dilakukan dengan langkah-langkah berikut:
Buat berkas /etc/modprobe.d/blacklist-rtl.conf
Isi dari berkas tersebut adalah sebagai berikut: blacklist dvb_usb_rtl28xxu blacklist e4000 blacklist rtl2832
Simpan berkas dan restart Raspberry Pi
Untuk lebih jelasnya bisa diperhatikan gambar di bawah ini.
Edit berkas /etc/modprobe.d/blacklist-rtl.conf. Dalam contoh ini saya menggunakan vi
Tambahkan baris-baris untuk “blacklist” driver RTL-SDR bawaan dari Raspbian
Simpan berkas. Berikut isi direktori /etc/modprobe.d setelah berkas “blacklist” selesai disimpan
Setelah selesai, kita bisa melanjutkan konfigurasi RTL-SDR. Kita akan melakukan kompilasi dari source code driver untuk RTL-SDR. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
Unduh program-program pembantu untuk kompilasi. Program-program ini bisa di unduh dengan menggunakan perintah berikut ini: $ sudo apt-get install git git-core cmake libusb-1.0-0-dev build-essential
Setelah program pembantu selesai diunduh, selanjutnya kita akan mengunduh kode program driver RTL-SDR. Gunakan perintah di bawah ini: $ git clone git://git.osmocom.org/rtl-sdr.git
Untuk melakukan kompilasi, setelah kode program diunduh, jalankan perintah sebagai berikut: $ mkdir rtl-sdr/build $ cd rtl-sdr/build $ cmake ../ -DINSTALL_UDEV_RULES=ON
Setelah proses kompilasi selesai, driver RTL-SDR sudah selesai dibuat. Instalasi driver RTL-SDR bisa dilakukan dengan perintah berikut ini: $ sudo make install
Selanjutnya, restart Raspberry Pi. Driver RTL-SDR sudah selesai di install.
Gunakan gambar-gambar berikut ini sebagai panduan langkah-langkah diatas.
Instalasi git dan cmake untuk kopilasi driver RTL-SDR
Unduh kode driver RTL-SDR menggunakan GIT
Memulai proses kompilasi
Setelah selesai kompilasi, dilanjutkan dengan instalasi
Langkah opsional melakukan testing RTL-SDR
Menerima Pancaran ADS-B Dengan dump1090
Untuk menerima pancaran ADS-B, kita akan mempergunakan program yang bernama dump1090. Kalau ada yang bertanya-tanya dari mana asal 1090, angka tersebut adalah frekuensi yang digunakan oleh ADS-B, yaitu 1.090 MHz. Program dump1090 akan melakukan konfigurasi RTL-SDR untuk menerima pancaran di frekuensi 1.090 MHz, dan menterjemahkan pancaran yang diterima RTL-SDR menjadi bentuk yang bisa dibaca dengan mudah oleh program komputer lainnya.
Untuk instalasi dump1090, kita akan mengunduh source code dan melakukan kompilasi. Berikut ini langkah-langkah instalasi dump1090.
Unduh source code dari dump1090 dengan menggunakan perintah ini: $ git clone git://github.com/MalcolmRobb/dump1090.git
Mulai kompilasi dengan menjalankan perintah berikut ini: $ cd dump1090 $ make
Setelah kompilasi selesai, jalankan program dump1090 untuk testing. Apabila lokasi kita berada di dekat bandara, atau ramai lalu lintas pesawat, maka dump1090 akan langsung menampilkan data ADS-B yang tertangkap, seperti gambar di bawah ini:
Hasil pengujian dump1090. Bagian dalam kotak kuning adalah hasil penerjemahan dari ADS-B yang diterima dari pesawat
Program dump1090 juga memiliki situs web yang bisa diakses dengan browser. Ketik alamat Raspberry Pi dengan port 8080 (http://<ip.add.ress.pi>:8080/. Di browser akan tampil situs dengan peta yang menampilkan posisi pesawat yang tertangkap, seperti contoh di bawah ini.
Situs web built in di dump1090 untuk menampilkan pesawat yang diterima dalam peta
Apabila pengujian telah sukses, maka program dump1090 bisa kita konfigurasikan untuk mulai secara otomatis setiap kali raspberry pi. Silahkan ikuti langkah-langkah berikut ini:
Buat berkas /etc/init.d/dump1090.sh. Isi berkas tersebut bisa dilihat pada tautan ini.
Rubah berkas /etc/init.d/dump1090.sh supaya bisa dijalankan oleh raspbian: sudo chmod +x /etc/init.d/dump1090.sh
Dan terakhir, konfigurasikan raspbian agar menjalankan dump1090 melalui berkas /etc/init.d/dump1090.sh sudo update-rc.d dump1090.sh defaults
Dan selesai. Dalam tulisan selanjutnya kita akan mengirimkan data dari dump1090 ke Flightradar24. Dengan mengirimkan data ini kita akan mendapatkan akses business dari Flightradar24.
So you got your new Raspberry Pi? Pada kebanyakan penggunaan, khususnya penggunaan untuk Internet of Thing, Raspberry Pi tidak memerlukan monitor dan keyboard secara permanen. Atau, mungkin kita tidak memiliki keyboard USB dan ekstra monitor untuk konfigurasi Raspberry Pi?
Raspbian OS, sistem operasi resmi untuk Raspberry Pi, memiliki cara untuk konfigurasi tanpa monitor dan keyboard (headless). Cukup dengan membuat beberapa berkas konfigurasi di SD Card yang sudah disiapkan, maka ketika boot pertama kali, Raspbian akan melakukan konfigurasi sesuai isi berkas konfigurasi yang sudah dibuat. Konfigurasi ini termasuk koneksi ke WiFi dengan menggunakan kata sandi, sehingga untuk konfigurasi selanjutnya, seperti instalasi aplikasi, bisa dilakukan dengan SSH.
Berikut ini tutorial langkah-langkah mempersiapkan Raspberry Pi tanpa monitor dan keyboard, hingga bisa terhubung dengan SSH. Dalam tutorial ini saya menggunakan Raspberry Pi Zero W yang sudah memiliki kemampuan WiFi.
Tahap 1: Menyiapkan SD Card Dengan Raspbian OS
Sistem operasi Raspbian OS tidak membutuhkan media penyimpanan yang besar. SD Card dengan ukurang 16 GB yang saya gunakan sudah lebih dari cukup, juga untuk instalasi aplikasi dan berkas log untuk operasional sehari-hari.
Untuk mempersiapkan SD Card, gunakan Raspberry Pi Imager yang bisa diunduh pada situs resmi Raspberry Pi di tautan ini. Setelah Imager selesai diunduh, jalankan Imager. Untuk panduan menggunakan Raspberry Pi Imager, silahkan lihat gambar di bawah ini.
Tampilan awal Raspberry Pi Imager. Klik pada “CHOOSE OS”
Pilihan Sistem Operasi. Pilih opsi Raspbian
Pilihan SD Card. SD Card ukuran 16GB sudah cukup. Pastikan pilihan benar apabila ada lebih dari 1 SD Card
Selanjutnya pilih “WRITE”
Tunggu hingga Raspberry Pi Imager selesai mempersiapkan SD Card
Ketika muncul tulisan ini, SD Card telah selesai dipersiapkan
Setelah SD Card selesai dipersiapkan, lepaskan, dan masukkan kembali SD Card pada PC/laptop sebelum masuk ke tahap selanjutnya.
Tahap 2: Mempersiapkan SSH dan WiFi
Sebelum SD Card siap untuk Raspberry Pi, ada 2 berkas (file) yang harus dibuat.
Berkas pertama bertujuan untuk memperbolehkan SSH pada Raspberry Pi. Untuk alasan keamanan, SD Card hasil dari Imager tidak memperbolehkan SSH secara default. Untuk memperbolehkan SSH, buat file dengan nama ssh pada direktori utama SD Card. Isi file ini tidak penting, bisa berisi sebuah karakter atau spasi. Perhatikan gambar di bawah ini
File ssh dibuat di root directory SD Card. Perhatikan bahwa file ssh tidak memiliki ekstensi apapun
Berkas kedua berisi konfigurasi untuk koneksi ke WiFi. Berkas ini harus diberi nama wpa_supplicant.conf. Isi dari berkas ini adalah sebagai berikut. Jangan lupa mengganti nama WiFi (ssid) dan Password WiFi (psk) sesuai dengan WiFi yang digunakan.
Simpan file wpa_supplicant.conf pada root directory dari SD Card, di lokasi yang sama dengan file ssh. Berikut sebagian dari isi SD Card setelah kedua file ssh dan wpa_supplicant.conf selesai dibuat.
File ssh dan wpa_supplicant.conf selesai dibuat
Persiapan SD Card sudah selesai. Keluarkan SD Card dari komputer dan lanjutkan ke tahap terakhir.
Tahap 3: Booting Up dan Terhubung ke Raspberry Pi dengan SSH
Masukkan SD Card ke dalam slot SD di Raspberry Pi Zero W. Lalu, hubungkan catu daya USB ke Raspberry Pi. Lampu hijau di Raspberry Pi akan segera menyala dan berkedip selama Raspberry Pi melakukan proses booting.
Setelah lampu di Raspberry Pi tidak berkedip lagi yang menyala terus, kita siap untuk menggunakan SSH untuk terhubung dengan Raspberry Pi. Alamat IP dari Raspberry Pi biasanya bisa ditemukan dengan nama raspberrypi atau raspberrypi.local. Konfigurasi dalam aplikasi PuTTY di Windows 10 untuk komunikasi SSH adalah seperti gambar di bawah ini.
Konfigurasi PuTTY untuk koneksi ke Raspberry Pi
Apabila semua konfigurasi sudah dilakukan dengan benar, maka PuTTY akan terhubung dengan Raspberry Pi. Pilih ‘yes’ pada pertanyaan mengenai SSH Certificate. Gunakan username: root dan password standar: raspberry untuk login pertama.
Berhasil terhubung dengan Raspberry Pi.
Tahap 4: Memperbesar Partisi Raspbian
Ketika kita mempersiapkan SD Card pada tahap 1, image Raspbian yang diunduh hanya memanfaatkan sekitar 2GB dari ukuran SD Card. Hal ini supaya ukuran image yang harus diunduh tidak terlalu besar.
Untuk memperbesar partisi Raspbian bisa menggunakana “raspi-config”, seperti slideshow di bawah ini.
Ketik “sudo raspi-config” pada command prompt.
Pilih opsi “Advance Option”
PIlih Opsi “Expand File System”
Proses perluasan partisi Raspbian
Selesai dan siap untuk reboot
Selain digunakan untuk memperluas partisi Raspbian, “raspi-config” juga bisa digukanan untuk konfigurasi lainnya, seperti mengubah nama system, mengubah zona waktu, dan lain-lain.
Penutup dan Troubleshooting
Apabila koneksi SSH tidak berhasil, maka ada beberapa hal yang bisa diperiksa:
Pertama, pastikan file ssh yang dibuat tidak memiliki ekstensi apapun. Apabila menggunakan notepad di Windows, secara default notepad menambahkan ekstensi .txt, sehingga file menjadi ssh.txt. Ekstensi .txt ini harus dibuang
Pastikan konfigurasi WiFi (SSID dan Password) pada file wpa_supplicant.conf sudah benar
Periksa apakah Raspberry Pi merespon dengan perintah ping: ‘ping raspberrypi’, atau ‘ping raspberrypi.local’. Bila tidak ada respon, maka alamat IP Raspberry Pi bisa dicari melalui halaman administrasi dari WiFi Access Point
Selamat mencoba dan bereksperimen. Apabila ada kendala lain, silahkan tinggalkan komentar di bawah.
Beberapa teman pernah bertanya, berapa sih biaya pasang rig di mobil? Jawaban yang paling jujur sih ya tergantung kebutuhan dan kecanggihan radio rig yang dibutuhkan. Istilahnya, the sky is the limit. Apalagi kalau kita ingin beroperasi di HF, dengan power yang cukup besar sehingga membutuhkan booster dan peningkatan kemampuan sistem kelistrikan listrik.
Meskipun hanya ingin berkomunikasi di frekuensi VHF 2 meter dan UHF 70 cm, biaya yang dibutuhkan juga masih sangat beragam. Seorang teman butuh radio rig dengan kemampuan menjadi cross band repeater. Harganya tentu saja berbeda dengan rig VHF single band.
Berikut ini pengalaman saya memasang radio rig di mobil untuk kebutuhan komunikasi radio amatir. Kebutuhan saya simple, hanya kemampuan berkomunikasi di VHF dan UHF (dual band), tanpa perlu kemampuan crossband repeater. Power juga cukup sesuai bawaan radio rig, karena saya tidak mau sampai meningkatkan sistem kelistrikan bawaan mobil.
Untuk kebutuhan saya di atas, perangkat yang dibutuhkan dan biaya yang dikeluarkan adalah sebagai berikut. Untuk yang ingin tahu ringkasannya bisa langsung menuju bagian akhir dari tulisan ini.
Radio Rig: Mini Rig China Dual Band
Budget: Rp. 1.000.000. Radio ini dijual dengan banyak merek, diantaranya Weirwei, QYT, KYT, Asimoton, dan banyak nama lainnya. Selain harganya yang murah, radio ini juga memenuhi kebutuhan komunikasi yang saya perlukan. Merk yang saya pilih adalah Asimoton-9900, yang reviewnya bisa dibaca di tautan ini.
Kabel Coaxial RG-58
Budget: Rp. 100.000. Banyak yang bilang kalau kabel teflon dan dilapis perak akan mengurangi daya yang hilang pada saat memancar/menerima. Tapi menurut saya, dengan panjang hanya 3 – 5 meter, selisih daya yang hilang mungkin tidak signifikan dibandingkan harga kabel tersebut. Oleh karena itu saya memilih kabel RG-58 biasa, yang sudah terpasang konektor di ujung-ujungnya.
Antena: Super Gainer Mini SGM-507.
Budget: Rp. 300.000. Sebelumnya saya mencoba antena yang lebih pendek, tapi entah kenapa, kemampuan memancar dan menerima menjadi kurang sempurna. Antena ini saya pilih karena tingginya ketika dipasang masih tidak melebihi 2.1 meter, ketinggian palang tol untuk mobil kecil.
Sedikit catatan tambahan untuk antena Super Gainer Mini ini. Dengan harga 300 ribu sudah dipastikan bahwa antena ini bukanlah asli buatan Diamond. Namun demikian, saya sarankan untuk membeli di toko antena yang terpercaya, karena meskipun bukan antena asli, antena KW juga memiliki kualitas yang berbeda-beda.
Bracket Antena: D-Antenna EM-90
Budget: Rp. 100.000. Bracket ini adalah jenis yang dijepit di kap mesin. D-Antenna EM-90 memiliki 3 axis sehingga memiliki jenis setelan yang lebih fleksible.
Sama seperti antena, dengan harga ini bracket yang didapat kemungkinan besar bukan buatan asli D-Antenna. Tapi kebanyakan merk yang bukan asli pun cukup kuat untuk menahan antena SGM-507
Kabel DC: NYAF 2.5mm AWG 14
Budget: Rp. 45.000. Nah, untuk yang ini jangan main-main, karena bisa menyebabkan mobil terbakar. Cari kabel dengan kualitas bagus. Tidak harus kabel yang mahal ya, yang penting kualitas bagus dan tahan panas. Kabel ini bisa diganti dengan ukuran yang lebih besar, apalagi kalau menggunakan radio dengan daya besar.
DIbutuhkan 2 buah kabel, masing-masing untuk kutub positif dan negatif kabel. Panjang yang dibutuhkan kurang lebih 3-5 meter untuk masing-masing kabel
Soket Kabel DC
Budget: Rp. 20.000. Soket ini digunakan untuk menghubungkan kabel DC dari aki dengan radio. Kalau bingung cari di mana, bisa cari online, atau biasanya juga banyak dijual di toko aksesoris mobil. Sesuaikan dengan jenis konektor DC yang ada di radio.
Kotak Sekring Mobil + Sekring
Budget: Rp. 30.000. Ini juga dua buah barang penting untuk mencegah mobil terbakar. Apabila dihubungkan langsung ke aki mobil, masing-masing kabel DC positif dan negatif membutuhkan sekring. Mengapa begitu? Karena apabila terjadi putus hubungan antara kabel dari aki ke rangka mobil, maka seluruh arus listrik mobil yang menuju aki akan melewati kabel DC radio. Hal ini akan menyebabkan kelebihan arus dan bisa menyebabkan kebakaran.
Gunakan ukuran sekring yang sesuai dengan daya radio. Pada kebanyakan instalasi, sekring 5-10 amper biasanya sudah cukup.
Jasa Pemasangan
Budget: Rp. 200.000. Biaya ini bisa dihilangkan apabila memasang sendiri, atau meminta bantuan teman. Biaya ini juga bisa berubah sesuai dengan kerumitan mobil yang akan dipasang.
Penutup
Jadi, kira-kira, berapa biaya pasang rig di mobil? Berikut ini ringkasan biayanya:
Radio/Rig: Rp. 1.000.000
Kabel Coaxial: Rp. 100.000
Antena Super Gainer Mini: Rp. 300.000
Bracket Antena: Rp. 100.000
Kabel DC: Rp. 45.000
Socket Kabel DC: Rp. 20.000
Kotak Sekring + Sekring: Rp. 30.000
Jasa Pemasangan: Rp. 200.000
Total biaya adalah sebesar Rp. 1.795.000.
Tentu saja biaya ini bisa berubah apabila memilih radio yang lebih bagus, memilih antena lain yang mau dipasang, dan tergantung jenis mobilnya.
Radio Pancar Ulang (RPU), atau juga dikenal dengan kata Repeater berfungsi untuk memperluas pancaran sebuah radio komunikasi. RPU/Repeater biasanya terletak di tempat yang tinggi, seperti gunung atau puncak gedung agar terbebas dari halangan. Pancaran dari tempat yang lebih rendah yang biasanya terhalang gedung atau gunung akan diterima oleh RPU/Repeater, lalu dipancarkan kembali.
Berikut ini catatan dari beberapa RPU/Repeater di frekuensi ORARI, RAPI dan yang diluar kedua organisasi tersebut. RPU/Repeater ini bisa dijangkau dari sekitar Jakarta-Tangerang, tentunya dengan menggunakan radio dan antenna yang sesuai.
Daftar RPU/Repeater ORARI
146.640 MHz, Dup: -600, Tone: 88.5 – ORARI Lokal Kota Bogor, lokasi: Gunung Salak
146.660 MHz, Dup: -600, Tone: 88.5 – ORARI Daerah Jakarta, lokasi: Gedung BNI 46
146.700 MHz, Dup: -600, Tone: 88.5 – ORARI Lokal Jakarta Utara, lokasi: Apartemen Robinson
146.720 MHz, Dup: -600, Tone: 88.5 – ORARI Daerah Jawa Barat, lokasi: Tangkuban Perahu
146.740 MHz, Dup: -600, Tone: 88.5 – ORARI Lokal Tangerang, lokasi: Gunung Karang
146.820 MHz, Dup: -600, Tone: 88.5 – ORARI Lokal Jakarta Pusat, lokasi: Jalan Gajah Mada
146.860 MHz, Dup: -600, Tone: 88.5 – ORARI Lokal Jakarta Timur, lokasi: Kalimalang
146.900 MHz, Dup: -600, Tone: 88.5 – ORARI Lokal Kabupaten Bogor, lokasi: Pasir Sumbul, Puncak
146.940 MHz, Dup: -600 – ORARI Lokal Tangerang Selatan, lokasi: Dekat Universitas Pamulang
Daftar RPU/Repeater RAPI
Dalam bencana banjir di awal tahun 2020, RPU RAPI ini aktif dalam koordinasi penyaluran bantuan dan update situasi daerah bencana
142.020, Dup: +1500 – Pancar Ulang 1 (PACUL1)
142.080, Dup: +1500 – Pancar Ulang RAPI DKI Jakarta
142.960, Dup: -2000 – Panar Ulang RAPI Tangerang Selatan
Daftar RPU/Repeater Umum
RPU/Repeater umum ini berada diluar frekuensi ORARI dan RAPI. Bebas masuk asal sopan.
Tertunda, namun tidak terlupakan. Begitulah kurang lebih kondisi Stasiun cuaca dengan NodeMCU, setelah update terakhir bulan Januari 2019 yang lalu. Hal ini disebabkan karena setelah percobaan dengan panel surya, ditemukan bahwa panel surya sebesar 2 watt tidak cukup untuk mengisi batere 18650 dalam kondisi normal sehari-hari.
Pencarian panjang pun dimulai untuk menemukan panel surya yang cukup kuat untuk mengisi batere 18650, sekaligus digunakan untuk sumber tenaga NodeMCU. Sempat terpikir untuk merangkai panel surya 1 watt secara paralel sebanyak 5 buah untuk mendapatkan daya maksimum 5 watt. Tapi, sebelum ide terlaksana, saya menemukan panel surya yang kira-kira cocok dengan kebutuhan: memiliki keluaran tegangan maksimum sekitar 6 volt dengan daya maksimum 5 watt. Ukuran panel surya ini kurang lebih selebar telapak tangan saya.
Panel Surya untuk NodeMCU dengan batere 18650
Merangkai Stasiun Cuaca
Setelah mendapatkan panel surya sebagai komponen terakhir, kini tiba saatnya untuk merakit stasiun cuaca. Sebagai kotak untuk melindungi stasiun cuaca, saya menggunakan kotak hitam berukuran 12.5 x 8.5 x 5 cm.
Keseluruhan rangkaian disusun di dalam box seperti pada foto di bawah ini.
Layout rangkaian stasiun cuaca dalam kotak
Agar sensor BME 280 bisa mengukur suhu, kelembaban dan tekanan dengan tepat, maka perlu dibuat lubang kecil. Lubang kecil juga perlu dibuat di atas TP4056 untuk jalur kabel menuju panel surya.
Tiap-tiap komponen sudah dijelaskan di bagian-bagian tersendiri sebagai berikut:
NodeMCU untuk stasiun cuaca, dibahas dalam artikel dalam tautan ini
TP4056 untuk mengisi batere Li-Ion, dibahas dalam artikel dalam tautan ini
3.3V Low Drop Out (LDO) Voltage Regulator, untuk menyesuaikan tegangan batere Li-Ion menjadi 3.3V sesuai kebutuhan NodeMCU, dibahas dalam artikel dalam tautan ini.
Memasang Sensor Cuaca dan Panel Surya
Setelah semua komponen dirakit didalam kotak, stasiun cuaca siap dipasang dan dihubungkan dengan panel surya.
Pemasangan stasiun cuaca dan panel surya memiliki tantangan tersendiri. Agar pembacaan sensor suhu lebih akurat, stasiun cuaca harus diletakkan di tempat terbuka yang terhindar dari sinar matahari langsung, bisa dilewati angin, dan tidak boleh terlalu dekat dengan tanah. Hal ini bertentangan dengan panel surya yang justru membutuhkan sinar matahari langsung sebanyak mungkin.
Untuk itu, sebagai lokasi stasiun cuaca, saya memilih menempelkan box dibawah plafon di teras depan lantai 2. Plafon ini berjarak cukup jauh, sekitar 2 meter dari lantai, dan terlindung dari sinar matahari langsung.
Stasiun cuaca YD0SPU-13, dipasang di bawah plafon dengan menggunakan double tape
Panel surya yang membutuhkan sinar matahari langsung dipasang di atas atap rumah. Untuk menghubungkan panel surya dan stasiun cuaca, saya menggunakan kabel tembaga bekas kabel telepon sepanjang 2 meter.
Panel surya dipasang di atas atap. Di latar belakang terlihat panel surya 50 watt yang sudah lebih dulu terpasang untuk keperluan lain
Performance
Untuk menutup artikel ini, saya akan membagikan performa stasiun cuaca selama 2 hari terpasang.
Hasil pengukuran stasiun cuaca dengan diletakkan di bawah plafon cukup akurat. Dengan terlindung dari sinar matahari langsung, maka suhu yang ditunjukkan stasiun cuaca juga tidak terlalu tinggi dan lebih akurat. Hasil pengukuran bisa dilihat di tautan ini
Dalam kondisi setengah mendung, batere Li-Ion sudah terisi penuh sekitar jam 12 siang
Pengukuran tegangan acak di siang hari menunjukkan tegangan panel surya antara 6-7 volt.
Selamat mencoba. Semoga semakin banyak stasiun cuaca amatir di Indonesia untuk membantu perkiraan cuaca.
Antena Moxon adalah sebuah antena direksional yang berbentuk persegi panjang. Sifat direksional antena Moxon sama dengan antena Yagi. Akan tetapi, karena ujung-ujung dari antena Moxon ini dilipat, maka antena ini lebih kecil dari antena Yagi, sehingga menjadi favorit untuk antena komunikasi portable.
Karena bentuknya yang kecil dan portable, antena Moxon ini lalu dimodifikasi oleh penggiat radio amatir untuk digunakan sebagai antena komunikasi portable melalui satelit LAPAN-A2 (IO-86). Modifikasi ini dilakukan untuk memenuhi persyaratan komunikasi suara melalui Voice Repeater (VR) IO-86:
Effisiensi untuk memancar dengan baik di frekuensi uplink Voice Repeater IO-86: 145.880 MHz
Cukup sensitif untuk menerima dengan baik di frekuensi downlink Voice Repeater IO-86: 435.880 MHz ± 10 KHz
Tetap mudah dibawa-bawah (portable) sehingga bisa digunakan untuk komunikasi penanganan bencana, acara seperti IOTA, JOTA dan pendidikan satelit
Mudah dibuat dari bahan-bahan yang bisa ditemukan sehari-hari, dan tidak terlalu mahal
Kedua diagram di bawah ini adalah hasil dari modifikasi antena Moxon untuk memenuhi kebutuhan komunikasi satelit IO-86. Di sebelah kiri adalah versi panjang dari antena Moxon modifikasi, sedangkan di sebelah kanan adalah versi yang lebih pendek untuk menunjang mobilitas yang lebih tinggi.
Modifikasi antena Moxon untuk komunikasi satelit IO-86
Kedua antena hasil modifikasi memang merupakan gabungan antara antena Moxon dan antena Yagi. Oleh karena itu antena ini kadang suka disebut sebagai antena MoxonYagi. Bagian Moxon untuk memancar di 145.880, sedangkan bagian Yagi untuk menerima di 435.880.
Antena yang saya buat adalah ukuran yang lebih kecil. Dalam gambar di atas adalah gambar yang sebelah kanan. Pertimbangan saya adalah supaya antena ini mudah dimasukkan kedalam mobil, dan ringan untuk dipegang dengan tangan tanpa penyangga.
Antena MoxonYagi untuk IO-86 versi pendek
Bahan-bahan yang dibutuhkan kebetulan sudah ada di rumah, sehingga memang sesuai prinsip kalau antena MoxonYagi ini cukup murah. Berikut adalah bahan-bahan yang saya gunakan dan sumbernya:
Kawat untuk antena sepanjang kurang lebih 3 meter. Kawat yang saya gunakan adalah kawat sisa yang ditemukan di gudang, dengan diameter kurang lebih 3 mm. Bisa juga menggunakan tembaga atau alumunium dengan diameter 2mm.
Pipa 1″ sepanjang meter sebagai poros tengah antena. Pipa ini juga bahan sisa pembuatan antena sebelumnya. Kalau tidak punya pipa 1″, bisa juga menggunakan pipa 1/2″ atau pipa untuk kabel listrik. Panjang yang disarankan minimal 80 cm.
Kabel RG58 dengan panjang secukupnya. Ini juga sisa bahan pembuatan antena sebelumnya.
Konektor sesuai perangkat HT yang digunakan. Saya menggunakan konektor BNC, karena ya lagi-lagi yang ada di kotak perkakas cuma konektor BNC. Untuk disambungkan ke HT Baofeng, sayang menggunakan konverter BNC to SMA Female
Material kawat 3mm untuk bahan antenan MoxonYagi
Selain material di atas, dibutuhkan juga peralatan standar untuk memotong kawat, solder dan bor untuk pipa. Berikut ini proses pembuatannya.
Potongan kawat untuk pipa dipotong sesuai dengan ukurang yang dibutuhkanKawat nomor 3 dipotong tepat ditengah dan dipasang skun, untuk sambungan kabel feeder.Pipa dilubangi di sisi kiri dan kanan sehingga elemen MoxonYagi bisa dimasukkan. Elemen di sisi kiri dan kanan berhubungan di dalam pipa, kecuali elemen ketiga, dipasang sesuai dengan gambar kecil di sisi kiri atasSelanjutnya tinggal menekuk sisi kiri dan kanan elemen panjang sesuai ukurannya. Di sisi kiri dan kanan terdapat celah selebar 14 mm. Untuk memperkokoh celah, letakkan potongan kayu atau bahan non-metal lainnya sepanjang 14 mm, lalu rekatkan dengan solasi. Elemen lainnya juga bisa diperkokoh dengan menggunakan lem/glue gun. Jangan lupa juga kabel BNC diamankan dengan cable ties.
Setelah antena selesai, selanjutnya tinggal menunggu jadwal Voice Repeater dari IO86. Pertama-tama mungkin cukup sulit untuk mengarahkan antena MoxonYagi ini mengikuti arah satelit. Jangan lupa sambil mengarahkan, antena ini juga diputar untuk mendapatkan penerimaan yang paling baik.
Selamat mencoba komunikasi via satelit. See you on IO86
Buat saya, nama minirig di seputar radio dua arah selalu identik dengan radio kecil buatan China dengan tombol orange 8 buah dan display yang bisa berganti warna. Hal ini lebih karena tidak ada identitas lain yang bisa dipakai untuk menamai radio komunikasi ini. Sepertinya siapapun yang berminat bisa memesan di pabriknya di China, lalu tinggal ditempelkan merk dan model seperti pesanan.
Rig mini yang saya review kali ini datang dengan label Asimoton, dengan model AS-9900. Sesuai namanya, rig ini berukuran mini, kurang lebih hanya sebesar telapak tangan saya. Tapi, meskipun kemasannya kecil, minirig Asimoton AS-9900 mampu memancarkan daya 25 watt di VHF, dan 20 watt UHF. Radio ini juga sudah mendukung fungsi-fungsi standar seperti transmisi duplex, CTCSS, DCS, dan dilengkapi dengan 200 memory. Dan yang terakhir, radio ini memiliki kemampuan dual monitor.
Minirig dengan ukuran yang cukup kecil, tidak makan tempat di dalam mobil.
Di dalam kotak yang saya terima, selain radio juga terdapat external microphone yang dilengkapi full keypad untuk operasional radio, bracket radio, gantungan mic, satu set baut, dan kabel DC. Kabel DC yang disertakan sudah terpasang plug untuk colokan 12 volt mobil.
Cukup fantastis, mengingat ukurannya yang kecil, dengan harga yang tidak sampai 1 juta rupiah.
Ukuran minirig Asimoton AS-9900, muat di telapak tangan
Lalu, bagaimana kesan-kesan setelah menggunakan radio ini selama 3 bulan? Apakah memang kemampuannya se-fantastis spesifikasinya? Secara singkat, berikut hal-hal yang saya suka dari minirig ini.
Ukurannya yang kecil dan ringan, sehingga mempermudah pemasangan di dalam mobil. Cukup menggunakan double tape 3M, minirig sudah terpasang cukup kokoh, tanpa menggangu kaki
Harga yang paling murah untuk rig dual band
Suara yang cukup kencang dan bersih.
Sensitifitas penerimaan yang cukup baik
Sedangkan hal-hal yang rasanya perlu diperbaiki adalah:
Display yang kecil, sehingga cukup sulit untuk dilihat sambil berkendara. Memang display ini harus menyesuaikan dengan ukuran rig yang cukup kecil
Semua setting harus diakses melalui menu, bahkan setting yang sederhana seperti mengubah daya transmisi. Digabungkan dengan display yang kecil, hal ini mempersulit perubahan konfigurasi di saat berkendara.
Keterbatasan buku manual penggunaan. Sama seperti radio merk China lainnya, manual book yang disediakan dalam kemasan cukup terbatas. Tapi jangan khawatir, tinggal meluncur ke dunia maya untuk mencari informasi, karena pengguna mmini rig ini cukup banyak
Berikutnya adalah beberapa kesan dan catatan saya selama menggunakan radio minirig Asimoton AS-9900
Kabel DC untuk Cigarette Lighter
Salah satu aksesoris yang cukup unik dalam kemasan minirig Asimoton AS-9900 adalah kabel DC yang sudah terpasang colokan 12 volt mobil. Colokan ini bisa disambung di cigarette lighter dalam mobil, sehingga untuk sekilas pemasangan rig di mobil jadi tidak terlalu rumit. Namun, saya memutuskan untuk tidak menggunakan cigarette lighter ini, dengan alasan berikut:
Kabel yang disertakan terlalu kecil. Memang rig ini hanya memiliki daya maksimum 25 watt, sehingga arus yang dibutuhkan mungkin hanya sekitar 3-3.5 ampere max. Tapi kecurigaan saya terbukti ketika seorang teman yang memiliki rig dengan tipe yang sama melaporkan kalau kabel powernya terasa panas dan putus ditengah komunikasi.
Untuk keperluan radio saya memilih kabel langsung dari aki mobil, agar arus yang ditarik radio tidak mempengaruhi komponen mobil lainnya, atau sebaliknya.
Kabel DC yang disertakan dengan colokan untuk cigarette lighter mobil
Memang, menarik kabel langsung dari aki lebih repot. Tapi toh kita juga harus menarik kabel untuk antena. Lagipula, dengan menarik kabel dari aki langsung akan mempermudah apabila kita akan mengganti dengan radio lain di masa mendatang.
Extra Mic Asimoton AS-9900
Minirig Asimoton AS-9900 datang dengan extramic dengan full keypad yang menyala untuk angka dan beberapa fungsi. Extramic ini dilengkapi dengan kabel spiral untuk menghubungkan dengan unit radio.
Extra mic Asimoton AS-9900
Extramic ini menurut saya terlalu kecil dan ringan. Apaalagi untuk yang terbiasa menggunakan rig buatan Jepang. Bukan sebuah gangguan, tapi hanya soal kebiasaan.
Hal kedua yang saya amati adalah kelengkapan tombol di extramic. Tombol-tombol di extramic ini bisa dipakai untuk mengakses menu, dan melakukan program frekuensi. Tapi ada beberapa tombol yang apabila ditambahkan di extramic akan sangat membantu. Tombol itu adalah V/M untuk merubah dari VFO ke mode memory, dan H/L, untuk mengubah daya pancaran dari tinggi ke rendah dan sebaliknya.
Selain itu, extramic ini cukup baik. Suara yang dihasilnya juga cukup jelas didengar oleh lawan bicara.
Kemampuan Radio
Dalam spesifikasinya tertulis kalau radio ini mampu memancarkan sinyal dengan maksimum daya maksimum 25 watt untuk VHF dan 20 watt di UHF. Daya pancar itu adalah untuk setting High, sedangkan di setting Low, daya pancar adalah 5 watt di VHF dan UHF.
Spesifikasi daya pancar dan jangkauan frekuensi
Pada percobaan di rumah dengan menggunakan power supply 13.8 volt, daya pancar maksimum berbeda-beda di sepanjang band VHF dan UHF. Daya pancar yang tercatat maksimum mendekati 25 watt untuk VHF dan 20 watt untuk UHF.
Daya pancar di setting low apabila saya bandingkan dengan HT Baofeng tidak jauh berbeda. Dengan terhubung dengan antena luar di rumah, saya bisa membuka RPU yang juga biasanya bisa saya buka dengan HT Baofeng apabila dihubungkan dengan antena luar.
Selama pemakaian dalam kendaraan, dengan setting power low saya bisa membuka beberapa RPU di Jakarta dan Tangerang sembari berkendara disekitar Pamulang.
Dari sisi penerimaan, sensitifitas cukup baik. Bahkan, kadang terlalu baik sehingga squelch kadang terbuka untuk level noise yang wajar. Disini kendala yang saya temui adalah setting sequelch yang sepertinya tidak berpengaruh terhadap sensitifitas penerimaan.
Hal terakhir mengenai radio ini adalah panas ketika kita memancar cukup sering. Hal ini makin terasa apabila kita memancar dengan setting high. Beberapa model minirig China dilengkapi dengan kipas kecil, seperti Asimoton AS-9900. Tapi ada juga yang tidak dilengkapi kipas.
Kipas pendingin, konektor PL untuk antena, dan colokan 3,5 mm untuk programming melalui komputer.
Kipas radio Asimoton AS-9900 ini cukup berisik. Dan pengalaman saya, kipas ini juga akan menyala kalau kita cukup sering memancar, meskipun hanya menggunakan daya 5 watt. Untungnya speaker dari minirig ini cukup nyaring. Cukup memutar sedikit kenop volume maka suara sudah didengar dengan volume yang cukup nyaman didengar untuk didalam mobil.
Demikian catatan saya untuk minirig Asimoton AS-9900. Meskipun ada beberapa kekurangan, dengan harga 1 juta saya cukup puas dengan pemakaian di dalam mobil. Kemampuan dual monitor bisa saya gunakan untuk monitor dua frekuensi RPU, atau frekuensi lalu lintas. Komunikasi radio pun tetap lancar untuk penggunaan konvoi ataupun sekedar ngobrol antar sesama pengguna radio.